Sunday, March 24, 2013

Menteri Kelautan Kagumi Budidaya Udang Seram Utara



Wahai, Maluku (ANTARA) – Menteri Kelautan Syarif Cicip Sutardjo mengagumi budidaya udang air laut yang dikembangkan investor nasional PT Wahana Lestari Investama di desa Pasahari dan Arara, Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah dengan tujuan ekspor ke Jepang dan Cina.


“Saya baru melihat sendiri budidaya udang yang dilakukan pengusaha nasional dengan menggunakan investasi murni. Saya kagum karena pengusahanya berani menanam modal di daerah yang jauh di luar Pulau Jawa, apalagi dengan sarana pendukung yang belum memadai,” ujar Cicip Sutardjo, disela-sela peninjauan dan penan udang di lokasi tambak udang Desa Pasahari dan Arara, Maluku Tengah, Sabtu.


Menteri Cicip mengaku untuk mencapai lokasi budidaya udang windu dan vanama yang di kembang perusahaan swasta milik pengusaha Burhan Uray, tidaklah mudah, dikarenakan sarana infrastruktur, terutama jalan dan perhubungan yang belum memadai, sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk menjangkau lokasi tersebut.


Menteri yang didampingi Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Bupati Maluku Tengah abua Tuasikal menegaskan, kunjungannya ke lokasi budidaya udang yang telah dilakukan sejak tahun 1994, tetapi sempat tidak beroperasi selama tujuh tahun terakhir tersebut, karena ingin melihat secara langsung sekaligus mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi pengusaha dalam membangun investasi pada daerah di luar Pulau Jawa.


“Saya jauh-jauh dari Jakarta untuk melihat langsung kondisi budidaya udang yang dilakukan perusahaan di Pasahari dan Arara, sekaligus mengetahui semua permasalahan yang dihadapi pengusaha dalam berinvestasi di Indonesia Timur,” tegas Menteri.


Diakui Menteri kunjungannya tersebut sangatlah penting karena dapat mengetahui secara langsung bagaimana pengusaha bisa melakukan investasi di wilayah yang jauh dan minim sarana, prasarana pendukungnya, tetapi usahanya bisa berjalan dengan baik dan kemampuan ekonominya bisa tercapai.


“Nilai investasi akan jauh lebih besar jika semua sarana dan prasarana pendukung harus dibangun pengusaha, tanpa mendapat dukungan positif dari pemerintah. Pasti pengembalian modal akan semakin sulit atau hitung-hitungan bisnis, maka pengusaha akan rugi,” ujar Menteri.


Menteri mengaku salut dengan kerja keras dan ketekunan Burhan Uray sebagai pemilik perusahaan dalam mengembangkan bisnis budidaya tambak udang tersebut.


“Sangat luar biasa karen Pak Bong (Burhan Uray) terus menekuni dan mau berinvestasi untuk membangun pelabuhan, listrik, serta pabrik pengolahan dan pembibitan, di samping membangun struktur ekonomi masyarakat di sekitar lokasi budidaya. Ini hal positif dan baik untuk menjadi contoh bagi pengusaha lainnya,” kata Menteri Cicip.


Menteri berjanji akan mencari jalan atau kebijakan membangun fasilitas-fasilitas untuk menunjang infrastruktur yang sudah ada agar menjadi lebih baik, sekaligus mendukung rencana pengembangan budidaya tambak udang menjadi lebih besar untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke sejumlah negara.


Ditangani Jepang



Burhan Uray mengatakan, usaha budidaya udang tersebut sejak dibuka tahun 1994 bekerja sama dengan perusahaan Mitsui Jepang dengan luas areal 6.000 hektar.


Burhan Uray mempercayakan manajemen pengelolaannya sepenuhnya kepada perusahaan asing tersebut, tetapi perusahaan jepang kurang memperhatikan masalah sosial terutama kerja sama dengan masyarakat sekitar yang kurang harmonis, sehingga menimbulkan ketidak cocokan serta penolakan dari masyarakat.


Selain itu infrastruktur pendukung seperti jalan akses ke perusahaan maupun ruas jalan yang dibangun pemerintah belum memadai.


“Saya mempercayakan sepenuhnya pengelolaan dan pengembangan budidaya sepenuhnya kepada perusahaan Jepang, tetapi mereka beranggapan fasilitas infrastruktur yang dibutuhkan harus disediakan pemerintah,” katanya.


Perusahaan Jepang tersebut akhirnya “angkat kaki” dan membiarkan tambak-tambak udang yang telah dikembangkan terbengkalai, karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan kondisi keterbatasan yang dialami. Akibatnya perusahaan tersebut tidak beroperasi selama tujuh tahun terakhir.


Aktivitas perusahaan baru mulai berjalan pada pertengahan 2012 dan kegiatan budidaya udangnya baru dimulai kembali pada Desember 2012, dengan luas areal yang dimanfaatkan yakni 200 hektar di Desa Arara dan 60 hektar di Pasahari.


Panen yang dilakukan Menteri Cicip Sutardjo bersama Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, Bupati Maluku Tengah Abua Tuasikal, merupakan panen perdana setelah perusahaan kembali beroperasi.


Udang berumur 4,5 bulan hasil budidaya pada ratusan petak tambak dengan ukuran bervariasi, di mana rata-rata satu hektar tambak mampu menghasilkan 31 hingga 32 ton. Hasil panen perdana tersebut akan diekspor untuk memenuhi permintaan Jepang.(rr)





Menteri Kelautan Kagumi Budidaya Udang Seram Utara

No comments:

Post a Comment