Wednesday, March 20, 2013

Mari Pangestu Kunjungi Inggris Bahas Pencalonan WTO



Jakarta (ANTARA) – Mari Elka Pangestu salah satu kandidat Dirjen World Trade Organization (WTO) mengunjungi London, Inggris, pada 19 Maret 2013 untuk membahas masa depan sistem perdagangan multilateral sekaligus pencalonannya sebagai Dirjen WTO.


Mari Elka Pangestu yang juga menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dalam keterangan persnya yang diterima di Jakarta, Rabu mengatakan, ia bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Investasi UK Lord Green dan Menteri Pembangunan Internasional Alan Duncan, MP.


“Kami membahas perkembangan hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris, pembangunan di tingkat regional, serta masa depan sistem perdagangan multilateral di bawah WTO, yang masa jabatan Direktur Jenderalnya akan berakhir pada 31 Agustus 2013,” katanya.


Pertemuan di London berlangsung dalam suasana yang positif dan kedua belah pihak menyepakati pentingnya sistem perdagangan yang terbuka untuk memastikan keyakinan terhadap sistem perdagangan multilateral.


Mari Pangestu menyampaikan pandangannya kepada Lord Green dan Alan Duncan bahwa WTO berperan penting untuk menghindari praktik proteksionisme dan menggariskan sistem perdagangan yang fair untuk seluruh negara, yang berlaku baik untuk negara kecil atau besar, atau negara maju atau negara berkembang.


Disepakati pula pentingnya untuk melanjutkan penguatan kerangka aturan dan melakukan pemantauan terhadap peran WTO dan pentingnya bantuan yang efektif untuk perdagangan dan peningkatan kapasitas untuk mendukung integrasi negara-negara berkembang ke dalam perekonomian dunia.


“Peran dari WTO adalah membantu mengkoordinasikan dan menyelaraskan hal tersebut, antara agen pembangunan, pihak donor baik bilateral maupun multilateral dan pihak swasta,” katanya.


Alan Duncan mengemukakan beberapa hal yang telah dilakukan oleh DFID (Department for International Development) terkait hal ini, termasuk peran dari pihak swasta dan kemungkinan kerjasama publik-privat.


Dibahas pula bahwa tantangan terbesar bagi WTO adalah memastikan bahwa perannya tetap relevan dalam proses negosiasi multilateral.


Oleh sebab itu, tercapainya keberhasilan berupa adanya kemajuan melalui paket “early harvest” dalam pertemuan menteri-menteri negara anggota WTO ke-9 menjadi sangat penting.


“Keberhasilan yang diinginkan yang di antaranya fasilitasi perdagangan, komponen pembangunan di sektor pertanian, dan paket untuk negara berkembang menjadi demikian penting untuk mendapatkan momentum dan keyakinan dalam menuntaskan proses negosiasi,” katanya.


Berkenaan dengan maraknya perjanjian bilateral dan regional, Mari Pangestu mendukung pandangan dari Lord Green dan Alan Duncan bahwa kenyataannya perjanjian-perjanjian tersebut akan tetap ada, namun yang terpenting materinya harus melengkapi dan konsisten dengan sistem perdagangan multilateral.


Mari Pangestu menambahkan bahwa suatu perjanjian bilateral dan regional dalam hal aturan dan standar yang ditetapkan isinya tidak semestinya lebih rendah, namun tetap harus sejalan atau bahkan menjadi lebih lengkap dari WTO.


“Materinya memang ditujukan untuk komprehensif serta memiliki prinsip dan mekanisme yang menjamin agar perjanjian tersebut tetap terbuka dan inklusif,” katanya.


Mengenai hubungan bilateral, Mari Pangestu juga berharap dukungan dari DFID untuk pengembangan industri kreatif, sejalan dengan nota kesepahaman antara Indonesia dan Inggris yang ditandatanganinya bersama dengan Menteri Ed Vazey pada akhir tahun lalu.


Pada kunjungan ke London kali ini, Mari Pangestu juga berkesempatan menyampaikan kuliah umum mengenai pandangan Indonesia terhadap keberadaan WTO di London School of Economics (LSE).


Selain bertemu dengan the City UK yang mewakili sektor privat dan institusi keuangan, Mari Pangestu juga mengunjungi gedung parlemen untuk bertemu dengan kelompok parlemen untuk Perdagangan dan Investasi dan kelompok parlemen untuk Indonesia.


Mari Pangestu yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI dari Oktober 2004 sampai Oktober 2011 merasa yakin bahwa sistem perdagangan multilateral adalah solusi untuk banyak masalah di seluruh dunia.


“Sejak pembentukannya, WTO telah membantu menghasilkan lebih banyak perdagangan, pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, dan kesempatan di berbagai sektor. Yang terpenting WTO telah berhasil mengangkat banyak negara dan rakyatnya dari kemiskinan, dan ini berlaku baik di negara berkembang dan negara maju,? kata Mari Pangestu.


Dari sembilan kandidat Direktur Jenderal WTO 2013-2017, Mari Pangestu adalah salah satu dari empat kandidat yang yang masih aktif menjabat menjadi menteri.


Lima kandidat lainnya memiliki latar belakang profesi dan pengalaman yang beragam.


Bila terpilih, Mari Pangestu akan menjadi wanita pertama yang menduduki posisi Dirjen WTO.


Dengan latar belakang pengalaman dan keahliannya, Mari Pangestu memiliki pemahaman terhadap pentingnya prinsip inclusion dan akan memastikan bahwa sistem perdagangan bebas akan memberikan peluang dan manfaat bagi setiap individu, manfaat bagi negara maju dan berkembang, dan manfaat bagi perusahaan besar dan UKM.


Dalam beberapa pekan terakhir, Mari Pangestu telah melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pencalonannya sebagai Dirjen WTO.


Selain menyampaikan visi dan misinya pada kesempatan pertemuan General Council di Jenewa beberapa waktu lalu, Mari Pangestu juga telah bertemu dengan perwakilan WTO dari sejumlah negara dan mengunjungi beberapa kota seperti Washington DC, Beijing, Brussels, Paris, Berlin, Moskow, Dubai, Abidjan, Abuja, Kairo, Stockholm, Rabat, dan Copenhagen untuk menyampaikan komitmennya untuk mengintegrasikan tiap-tiap negara ke dalam sistem perdagangan multilateral.(ar)





Mari Pangestu Kunjungi Inggris Bahas Pencalonan WTO

No comments:

Post a Comment