Tuesday, March 26, 2013

Konsumsi Beras Ditargetkan Turun 1,5 Persen  



TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Achmad Suryana, menargetkan konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat bisa terus dikurangi. »Targetnya konsumsi beras turun minimal 1,5 persen per tahun,” ujarnya di kantor Kementerian Pertanian, Selasa, 26 Maret 2013.



Dibandingkan dengan negara Asia lain, konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139,15 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan rata-rata konsumsi beras dunia hanya 60 kilogram per kapita per tahun.



Penurunan tingkat konsumsi beras ini dilakukan melalui diversifikasi pangan dengan peningkatan pangan lokal, terutama beras analog. “Pangan lokal bila difokuskan bisa diolah menjadi sumber karbohidrat sehingga mampu menekan permintaan terhadap beras dari padi,” kata dia. 



Beras analog merupakan beras yang terbuat dari pangan lokal, seperti umbi-umbian, jagung, dan singkong. Selama ini masyarakat terbiasa mengkonsumsi beras yang berasal dari tanaman padi.



Sejauh ini, beras analog telah dilakukan di 10 kabupaten percontohan, seperti Maluku Tenggara dan Maluku Tengah yang mengembangkan beras analog dari Sagu, Nusa Tenggara Barat dengan beras analog dari singkong. Juga di Yogyakarta, Lampung, dan Riau. Tahun ini akan ada perluasan proyek percontohan ke 20 kabupaten baru sehingga total ada 30 kabupaten yang sudah diperkenalkan beras analog.



Penganekaragaman konsumsi pangan sebetulnya telah ada sejak lama. Sejak tahun 1969, telah diperkenalkan beras tekad dari singkong untuk mengganti beras. Lalu di tahun 2011, penganekaragamaman pangan diarahkan berbasis sumber daya lokal.



Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan (BPK), Sri Sulihanti, mengatakan saat ini pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah. Kecuali beras, produksi bahan pangan lain berfluktuasi, baik jumlah maupun mutu.



Teknologi penepungan pun relatif belum berkembang. “Terigu memakan devisa negara cukup tinggi karena tidak bisa diproduksi di sini sehingga harus impor,” kata Sri Sulihanti.



ROSALINA







Konsumsi Beras Ditargetkan Turun 1,5 Persen  

No comments:

Post a Comment