Sunday, September 28, 2014

Ekonomi RI Melambat, Bisnis Carter Pesawat Ikut Lesu



Jakarta -Pertumbuhan ekonomi Indonesia kini relatif landai alias pada posisi stagnan di kisaran 5,1%. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap geliat bisnis sewa atau carter pesawat. Saat ini bisnis sewa pesawat berada dalam posisi relatif melandai.

“Bisnis carter selalu mengikuti pertumbuhan ekonomi juga seperti halnya bisnis penerbangan berjadwal,” kata Ketua Bidang Penerbangan Berjadwal Indonesian National Air Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto kepada detikFinance Senin (29/9/2014).


Hal ini diperparah dengan harga avtur yang melonjak karena pengaruh naik turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Belum lagi harga avtur di dalam negeri yang lebih mahal daripada negara tetangga. Sehingga menambah daftar beban pebisnis pesawat carter, di tengah kelesuan bisnis penerbangan.


“Untuk harga avtur, selain adanya kenaikan harga minyak global, depresiasi rupiah terhadap dolar menjadi penyebab signifikan mahalnya harga avtur di Indonesia. Ini lebih mahal kalau 15% dibandingkan harga avtur di negara tetangga,” paparnya.


Menuturkan INACA memandang bisnis pesawat carter akan tumbuh seiring harapan baru terhadap masa pergantian pemerintahan. INACA berharap kepada Presiden RI terpilih Jokowi bisa memberikan angin segar terhadap industri maskapai khususnya dalam menghadapi ASEAN Open Sky 2015. Paling tidak perbaikan terkait regulasi atau kebijakan yang selama ini memberatkan pelaku usaha penerbangan.


“INACA berharap di masa Jokowi pertumbuhan ekonomi tetap atau lebih baik serta regulasi-regulasinya menjadi kondusif untuk perkembangan bisnis penerbangan baik carter maupun reguler,” jelasnya.


Bayu menerangkan umumnya penyewa pesawat carter berasal dari perusahaan yang bergerak dalam bidang tambang hingga minyak dan gas (migas). Ada pula penyewa dari pemerintah daerah dan pejabat. Sistem sewa yang dipakai adalah sekali pakai (spot) atau untuk kontrak dalam waktu tertentu.


“Penyewa pesawat carter bisa dari kalangan perusahaan seperti sektor migas dan tambang, terus pemda, pejabat, pribadi ataupun rombongan. Jenis sewanya bisa spot (sekali) ataupun kontrak,” jelasnya.


Jenis pesawat yang disediakan pun bermacam-macam. Untuk jenis pesawat baling-baling bermesin turboprop ATR 42-600, tarif sewa dipatok sebesar US$ 4.000 sampai US$ 5.000 per jam.


“Sekelas ATR 42-600 dengan kapasitas angkut 48 penumpang berkisar US$ 4.000 sampai US$ 5.000 per jamnya,” katanya.


(feb/hen)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!







Ekonomi RI Melambat, Bisnis Carter Pesawat Ikut Lesu

1 comment:

  1. Jakarta, Aktual.com — Rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 yang belum cukup kuat menahan pelemahan laju rupiah. Selain itu, reaksi pemerintah yang terkesan tenang menanggapi pelemahan rupiah justru memberikan sentimen negatif.

    BACA SELENGKAPNYA DI :
    Ekonomi RI Melambat, Rupiah Diprediksi Masih di Zona Pelemahan

    ReplyDelete