Wednesday, April 30, 2014

Otomotif Akan Jadi Tumpuan Ekspor Terbesar Kedua RI Setelah Sawit



Jakarta -Pemerintah mengaku punya perencanaan matang untuk menggenjot nilai ekspor Indonesia ke negara lain. Selain bergantung kepada sawit dan turunannya sebagai tumpuan utama ekspor Indonesia, ke depan pemerintah akan mengandalkan sektor otomotif.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menilai ekspor produk otomotif Indonesia seperti mobil diperkirakan terus meningkat setiap tahun. Bahkan dalam 3 tahun ke depan atau pada 2017, nilainya akan melonjak hingga 100% dari posisi sekarang.


Lutfi memprediksi nilai ekspor sektor otomotif Indonesia mencapai US$ 10 miliar atau Rp 100 triliun di tahun 2017, ini berarti meningkat 100% dari total ekspor tahun ini yang hanya US$ 4,5 miliar.


“Tahun ini ekspor mobil sebesar US$ 4,5 miliar sedangkan di tahun 2017 menjadi US$ 10 miliar. Sektor ini akan menjadi tumpuan ekspor kedua terbesar setelah kelapa sawit,” ungkap Lutfi saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu malam (30/4/2014).


Tidak hanya bangga dengan peningkatan nilai ekspor produk otomotif, Lutfi mengklaim tidak lama lagi Indonesia akan menjadi raja produksi otomotif terbesar tidak hanya di kawasan Asia Tenggara tetapi di dunia.


“Indonesia pasti akan jadi tempat investasi utamanya production base otomotif ke depan tidak hanya regional tetapi dunia,” imbuhnya.


Menurut Lutfi hal itu bukan tanpa sebab. Produksi mobil semua merek di Indonesia terus mengalami peningkatan. Apalagi mobil yang diproduksi Indonesia tidak hanya diserap pasar domestik tetapi diekspor ke negara lain.


“Contohnya produksi Honda double, produksi Toyota double, produksi Nissan double. Bahkan produksi mobil Daihatsu di akhir tahun 2016 akan jauh lebih besar dibandingkan produksi di negara Jepang sendiri,” cetusnya.


Sementara itu sawit tetap menjadi primadona ekspor utama Indonesia. Ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya tahun ini diprediksi bisa mencapai 22 juta ton atau senilai US$ 22 miliar, naik 10% dari tahun lalu yang hanya sebesar US$ 20 miliar. Salah satu faktornya adalah peningkatan harga jual crude palm oil (CPO) yang rata-rata US$ 1.000 per ton.


Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI), tahun 2013, harga rata-rata hanya US$ 850 per ton, turun dibanding tahun sebelumnya. Itulah sebabnya nilai ekspr minyak sawit turun dibanding tahun 2012 yang sebesar US$ 21,3 miliar, meski volume ekspor naik dari 18,2 juta ton ke 21,2 juta ton.


(wij/dnl)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!







Otomotif Akan Jadi Tumpuan Ekspor Terbesar Kedua RI Setelah Sawit

No comments:

Post a Comment