Sunday, June 2, 2013

Banjir Buah dan Sayur Cina Akhir Tahun



TEMPO.CO , Jakarta–Pemerintah Indonesia tampaknya tidak berdaya melawan tekanan Cina pasca penolakan ekspor manggis, salak, alpukat dan walet ke Negeri Tirai Bambu itu. Lobi dan tekanan dari Cina membuat Pemerintah melunak dengan mengizinkan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta sebagai pintu masuk produk impor hortikultura asal Cina.



Menurut Menteri Pertanian Suswono, dibukanya Pelabuhan Tanjung Priok untuk produk impor hortikultura Cina menjadi bagian dari Mutual Recognition Agreement (MRA) atau Perjanjian Pengakuan Timbal Balik antara Indonesia dengan Cina yang rencananya akan ditandatangani akhir tahun ini.



Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori menyatakan bahwa rencana ini berpotensi mengganggu bisnis pengusaha buah dan sayuran lokal. Sebab, Cina merupakan salah satu negara pengimpor produk hortikultura terbesar. Sementara, Pelabuhan Tanjung Priok yang berada di Jakarta Utara dinilai terlalu strategis untuk memasok kebutuhan di pasar terbesar buah dan sayur terbesar: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.



“Kalau pemasok terbesar dikasih akses ke pasar terbesar, ya tak ada artinya lagi pembatasan ke negara lain,” kata Khudori saat dihubungi, Sabtu 1 Juni 2013.



Bila itu benar-benar terjadi, nantinya beberapa produk lokal harus bersaing ketat dengan produk Cina, Kementerian Pertanian mencatat, tahun lalu, volume impor jeruk dari Cina sebesar 198.440 ton. Di tahun yang sama impor apel mencapau 129.153 ton.



Sebelumnya, negara yang memiliki MRA dengan Indonesia adalah Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru dan Kanada. Maka, sejak 2012, sementara negara lain hanya bisa memasukkan produk hortikulturanya dari Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), Pelabuhan Makasar dan Bandara Internasional Soekarno Hatta, produk mereka tetap bisa masuk lewat pelabuhan manapun di Indonesia termasuk Tanjung Priok.



Khudori menyatakan, sejak awal pengecualian seperti itu tak ideal. Sebab hal tersebut akan membuat negara lain menuntut hal yang sama. “Pada akhirnya kalau lebih banyak yang dikecualikan daripada yang diikat kan peraturan itu tak ada artinya,” tuturnya.



PINGIT ARIA



Topik terhangat:


Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha |Fathanah



Baca juga


EDSUS GENG MOTOR


Calon Kapolri Bocor, Kompolnas Protes Komnas HAM


Adik John Kei Tewas Ditembak


Inter Dibeli Erick Thohir, Ini Komentar Zanetti


SBY Dapat World Statesman Award, Beri 4 Janji





Banjir Buah dan Sayur Cina Akhir Tahun

No comments:

Post a Comment