Jakarta -Pemerintah memberi tugas kepada PT Pertamina (Persero) untuk menghapuskan keberadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dalam 2 tahun. Artinya, setelah 2 tahun ke depan, tidak ada lagi BBM jenis premium yang dijual di Indonesia.
Hal ini mendapat tanggapan beragam dari masyarakat. Seorang pengendara mobil bernama Imam mengaku hal itu baik untuk Indonesia. Justru, ia menganggap kebijakan ini sebagai kebijakan yang terlambat.
“Kenapa nggak dari dulu. Selama ini kita selalu ketinggalan dengan negara lain. Cuma kita (Indonesia) yang pakai Ron 88,” ujar dia kala ditemui detikFinance di sebuah SPBU di bilangan Ciputat, Kamis (1/1/2015) dini hari tadi.
Ia mengaku, selama ini dirinya memang tidak mengisi BBM bersubsidi namun terus mengikuti berita mengenai gejolak premium di media massa. Menurutnya, selama ini bangsa Indonesia terlalu lama dimanjakan dengan kebijakan yang salah.
“Kebijakannya bikin manja, barangnya (BBM Premium) sendiri juga kualitas rendah. Harusnya kita bisa dapat kualitas yang lebih baik dari dulu. Lambat sekali kita berpindah ke yang lebih baik, makanya kita selalu ketinggalan dengan negara tetangga,” tutur dia.
Berbeda lagi dengan Didit. Pria yang juga ditemui detikFinance sedang mengatre BBM di SPBU kawasan Ciputat ini mengaku keberatan dengan kebijakan tersebut.
“Harganya mau berapa? Kemarin saja yang premium naik jadi Rp 8.500 terasa betul kita isi bensin jadi dua kali lipat,” ujar pria yang mengendarai Toyota Avanza ini.
Namun demikian ia mengaku tidak akan keberatan bila pemerintah memberikan penyesuaian harga alias subsidi sehingga masyarakat tidak terbebani. “Tapi kalau ada subsidinya saya setuju,” pungkas dia.
Penghapusan bensin Premium dan beralih ke Pertamax sudah direkomendasikan oleh tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dipimpin Faisal Basri. Pemerintah sudah menerima rekomendasi tersebut dan mendiskusikannya dengan direksi Pertamina.
(dna/ang)
Penghapusan Bensin Premium Dalam 2 Tahun Menuai Tanggapan
No comments:
Post a Comment