Jakarta -Harga minyak dunia masih betah berada di level rendah. Dalam beberapa waktu terakhir, harga si emas hitam ‘betah’ berada di bawah US$ 50/barel.
Berdasarkan data Reuters, harga minyak jenis Light Crude untuk pengiriman Februari 2015 berada di posisi US$ 44,55/barel. Sementara harga minyak jenis Brent adalah US$ 48,69/barel.
“Apa arti harga minyak US$ 50? Kalau dunia ini tiap hari konsumsinya 90 juta barel minyak dalam satu tahun, kalau turun US$ 50 artinya US$ 1,6 triliun beralih dari produsen ke konsumen. Konsumen menghemat US$ 1,6 triliun per tahun,” papar Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam acara Economic & Market Outlook 2015 di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (29/1/2015).
Bagi negara produsen dan eksportir minyak, lanjut JK, situasi ini tentu kurang menguntungkan. “Negara Timur Tengah, sebagian Afrika, ada bagian di Amerika, ada bagian di Venezuela, pasti akan menderita,” ujarnya.
Namun, lanjut JK, ada pula negara-negara yang diuntungkan karena anjloknya harga minyak. Negara-negara tersebut adalah yang rajin mengimpor minyak seperti Tiongkok, Korea Selatan, India, dan Indonesia.
“Sebagai konsumen yang mengimpor, artinya ekonomi di negara itu akan efisien. Akan terjadi ekuilibrium baru kira-kira akhir tahun ini, ekonomi akan lebih stabil, lebih efisien, lebih baik untuk konsumen,” jelas JK.
(hds/hen)
Harga Minyak Anjlok, Ini Negara yang Untung dan 'Buntung' Versi JK
No comments:
Post a Comment