Jakarta -Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sudah dilakukan oleh pemerintah. Tapi kebijakan ini belum mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Reuters, dolar AS saat ini diperdagangkan di posisi Rp 12.275. Melemah dibandingkan posisi kala pembukaan pasar yaitu Rp 12.270.
Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), mengatakan kebijakan tersebut seharusnya dapat menurunkan impor minyak. Sehingga menahan devisa agar tak keluar dan rupiah pun bisa menguat.
Namun itu tidak terjadi dalam waktu dekat. Butuh proses yang dapat memastikan penurunan impor minyak tidak hanya bersifat sementara.
“Kalau cuma dengan kenaikan harga BBM, impor BBM akan turun. Tapi temporer,” ungkapnya di gedung BI, Jakarta, Selasa (2/12/2014).
Maka dari itu, kata Mirza, kenaikan harga BBM saja belum cukup untuk memastikan penguatan nilai tukar rupiah. Harus dilanjutkan dengan kebijakan lain untuk memastikan impor minyak dan BBM bisa berlanjut dalam jangka panjang.
“Kalau energi yang ada cuma minyak, tetap saja konsumsi akan naik lagi kan? Jadi yang harus dilakuan adalah diversifikasi energi supaya impor BBM bisa digantikan dengan energi surya, angin, geotermal, dan lain-lain” jelasnya.
Menurut Mirza, pelemahan rupiah kali ini lebih disebabkan faktor global, terutama di AS. “Sekarang lebih banyak dipengaruhi global pelemahannya,” ujar dia.
(mkl/hds)
Harga BBM Sudah Naik Tapi Rupiah Malah 'Lesu', Ini Penjelasan BI
No comments:
Post a Comment