Jakarta -Kegiatan mencampur atau mengoplos beras operasi pasar (OP) dari Perum Bulog dengan beras lokal di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, sudah terjadi sejak lama. Hal ini dilakukan karena permintaan pasar yang cukup besar dan beras Bulog kualitasnya terbilang rendah.
Dahyar Cecep, seorang pengurus Koperasi Pedagang Beras Induk Cipinang, mengungkan beras OP Bulog memiliki kualitas yang cukup rendah. Beras Bulog memiliki tingkat kepecahan (broken) 15% dan kadar air 13%.
“Kalau dimakan keras dan tidak enak. Makanya dicampur dengan beras jenis IR 64 II,” katanya kepada detikFinance di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Rabu (25/02/2015).
Menurut Cecep, kualitas beras jenis IR 64 II jauh lebih baik dibandingkan beras Bulog. Dilihat dari harga juga lebih mahal yaitu Rp 10.500/kg. Sehingga pedagang sengaja mencampur beras Bulog seharga Rp 7.400/kg (harga tebus ditambah biaya transportasi) dengan beras IR 64 II Rp 10.500/kg agar bisa mendapatkan beras dengan kualitas layak makan.
“Ditebus Rp 7.400/kg, dicampur dengan beras lokal jadi bisa dijual dengan harga Rp 9.500/kg dan layak makan. Kalau beras begitu (beras OP Bulog) jarang ada yang makan,” tuturnya.
Kegiatan ini berlangsung sejak lama. Diperbolehkan atau tidak mengoplos beras OP Bulog, pedagang mengaku tidak tahu.
“Sudah lama seperti ini. Diizinkan atau tidak, kami tidak tahu,” sebutnya.
(wij/hds)
Kegiatan Oplos Beras Bulog di Pasar Induk Cipinang Sudah Berlangsung Lama
No comments:
Post a Comment