Jakarta -Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi satu kebijakan awal yang dinanti dari pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengingat beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin berat karena subsidi yang terus membengkak.
Mohammad Ikhsan, Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (UI), menyebutkan kebijakan ini memang sangat dibutuhkan. Namun penting pula memperhatikan perkembangan politik.
Jika situasi politik mendukung, pemerintah bisa menaikkan harga BBM Rp 2.000/liter dan kemudian menaikkan lagi pada tahun depan. Kenaikan harga BBM 2 kali dalam waktu yang tidak terlalu lama aman dilakukan ketika kondisi politik kondusif.
“Kalau mau gradual, bisa mulai dengan (kenaikan harga) Rp 2.000/liter kemudian tahun depan dinaikkan lagi. Tapi apa kita yakin komitmen dari politisi?” ujarnya kepada detikFinance, Minggu (2/11/2014).
Namun jika situasi politik kurang bagus, lanjut Ikhsan, sebaiknya kenaikan harga BBM cukup sekali saja. Besarannya bisa langsung Rp 3.000/liter.
“Jadi memang harus ada komitmen politisi juga, paling tidak dalam koalisi pemerintah. Kalau tidak, ya hajar saja langsung Rp 3.000/liter,” tegasnya.
Menurutnya, pemerintahan Jokowi juga harus belajar dari pemerintahan sebelumnya. Di mana sudah merencanakan kenaikan harga secara bertahap selama 5 tahun hingga semakin dekat dengan harga keekonomian.
“Dulu juga mau gradual. Tapi kan tidak terealisasi,” ujarnya.
Untuk dampak terhadap inflasi, dari berbagai kajian sudah diketahui, bahwa inflasi yang dirasakan berat hanya jangka pendek. Sedangkan jangka panjang diproyeksikan lebih stabil.
“Kalau dampak inflasi, hanya jangka pendek. Tapi kan ini lebih banyak soal pengambilan kebijakannya. Berapa yang seharusnya,” kata Ikhsan.
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
Harga BBM Lebih Tepat Naik Rp 2.000/Liter atau Rp 3.000/Liter? Ini Kata Guru Besar UI
No comments:
Post a Comment