Jakarta -Menko Perekonomian Sofyan Djalil angkat bicara atas permintaan buruh yang ingin perhitungan Upah Minimum Provinsi (UMP) mengacu pada kurs dolar Amerika Serikat (AS). Menurutnya, buruh harus paham dengan kondisi industri di Indonesia.
“Kalau minta sih boleh, tapi kan lihat dulu kemampuan industri kita. Bisa nggak memenuhi itu,” ungkap Sofyan di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (26/11/2014).
Industri di Indonesia saat ini, kata Sofyan, sulit untuk memenuhi permintaan para buruh sehingga harus dicari upaya yang lebih tepat. Pemerintah daerah harus dapat membantu negosiasi antara perusahaan dan buruh.
“Itu persoalan kritis. Pemerintah provinsi harus membantu proses negosiasi,” sebutnya.
Ke depan, menurut Sofyan, perlu ada penataan kawasan industri. Ini dilakukan agar pergerakan buruh lebih terkonsetrasi pada satu titik dalam beraktivitas. Dengan begitu, biaya hidup yang dikeluarkan juga lebih murah.
“Kalau tidak banyak bergerak, kan biayanya juga lebih murah,” ujarnya.
Sebelumnya, kalangan buruh menilai UMP DKI Jakarta 2015 yang sebesar Rp 2,7 juta/bulan turun dibandingkan UMP tahun ini yang Rp 2,4 juta/bulan. Alasannya adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Penentuan UMP 2014 dirumuskan kala dolar AS masih berada di kisaran Rp 10.000. Sementara UMP 2015 dibahas saat dolar AS sudah menembus di atas Rp 12.000.
Berdasarkan dolar AS, UMP 2014 adalah US$ 241/bulan sementara UMP 2015 adalah US$ 225/bulan. Artinya, UMP DKI Jakarta turun US$ 16/bulan.
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
Buruh Minta UMP Dihitung Pakai Dolar, Menko Sofyan: Lihat Dulu Kemampuan Industri
No comments:
Post a Comment