Jakarta -Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah memastikan tidak akan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Oleh karena itu, Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla tengah menyiapkan simulasi untuk menaikkan harga BBM.
“Kami lakukan simulasi dari kenaikan Rp 500, Rp 1.500, dan Rp 3.000,” kata Deputi Bidang Arsitektur Kabinet Tim Transisi Jokowi-JK, Andi Widjajanto di Rumah Transisi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (1/9/2014).
Selain simulasi harga kenaikan BBM bersubsidi, tim transisi juga mengkaji waktu yang tepat. Tim transisi memasukkan kemungkinan jika pemerintahan Presiden SBY berubah pikiran dan menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Pertama, Pak SBY naikkan harga dan dilanjutkan ke Pak Jokowi. Kedua, SBY tak naikan, dan Jokowi naikan. Namun alternatifnya tidak dinaikkan Desember dan Januari sebab inflasi dalam kondisi tinggi. Itu puncak belanja dan bersamaan libur Natal dan tahun baru,” papar Andi.
Oleh karena itu, Andi menyatakan waktu yang tepat adalah November 2014 atau tahun depan. “Di bulan itu ada puasa dan liburan sekolah. Itu simulasi, sampai angka Rp 3.000,” tambahnya.
Andi menilai setiap terjadi penyesuaian harga BBM bersubsidi, maka akan tercipta fiskal Rp 37-51 triliun. Ruang fiskal itu direncanakan untuk menopang program kesejahteraan rakyat agar menekan dampak kenaikan harga BBM.
“Jangan (ruang fiskal) jadinya mobil dinas, kenaikan gaji PNS, atau gedung pemerintahan baru. Ini harus jadi solar nelayan, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan sebagainya,” tegas Andi.
(vid/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
Jika Jokowi Naikkan Harga BBM, Buat Apa Hasilnya?
No comments:
Post a Comment