Jakarta -Pemerintah mendorong masyarakat untuk tinggal di rumah susun atau hunian vertikal. Alasannya, penyediaan lahan untuk hunian vertikal jauh lebih hemat dibanding rumah tapak, hingga 430% lebih.
Deputi Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan untuk membangun kebutuhan hunian di Indonesia yang mencapai belasan juta unit, butuh lahan ratusan ribu hektar.
Sri mengatakan, jika dipenuhi dengan rumah tapak, butuh 1,7 miliar meter persegi atau 170.000 hektar demi memenuhi kebutuhan hunian.
Sedangkan jika dipenuhi dengan rumah susun dengan berbagai tipe ketinggian, 3, 6, 8, atau 12 lantai dengan komposisi tertentu (1 unit 36 meter persegi), membutuhkan tanah 39.000 hektar.
“Dalam hal ini kita bisa mencapai efisiensi 436%,” kata Sri dalam sebuah Diskusi Forwapera di Hotel Ambhara, Jakarta, Selasa (2/9/2014).
Pemerintah mendorong masyarakat untuk tinggal di hunian vertikal seperti rumah susun atau apartemen.
Dalam Permenpera No 3 tahun 2014, pemerintah tak lagi memberikan subsidi bunga untuk pembiayaan kredit rumah tapak mulai 31 Maret 2015. Sedangkan untuk rumah susun, pemerintah tetap memberikan subsidi.
“Ke depan jumlah penduduk Indonesia akan bertambah, tanah tidak bertambah kecuali melakukan reklamasi,” katanya.
Pemerintah, lanjut Sri, punya kewajiban untuk menyediakan hunian yang layak bagi warga negaranya. Tapi di sisi lain, khususnya di kota besar tanah sudah menipis.
“Salah satu cara yang mulai dipraktikan di negara lain adalah pola hunian vertikal atau rumah susun,” tutup Sri.
(zul/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
Bangun Rusun Bisa Hemat 430% Lahan daripada Bikin Rumah Tapak
No comments:
Post a Comment