Thursday, March 7, 2013

Murid SD Doakan Pengusaha Bayar Pajak



Laporan wartawan Tribun Pekanbaru Hengki


TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Dengan terbata-bata, Nurul, murid kelas I SD ini, memimpin kepala daerah dan anggota Muspida se-Riau berdoa. Gadis kecil berbusana Melayu itu jadi pemandangan berbeda di acara seremoni penyampaian surat pemberitahuan pajak (SPT) pajak tahunan kepala daerah dan Muspida, Kamis (7/3/2013) di Ballroom Hotel Aryaduta, Pekanbaru.


“Ya Allah, jadikanlah orang tua kami dan bapak-bapak pengusaha selalu membayar pajak dengan taat, agar kami dapat bersekolah dan masa depan lebih baik. Jauhkanlah mereka dari segala cobaan dalam pekerjaan,” ujar Nurul sambil membaca secarik kertas di atas pentas di hadapan para tamu.


Di antara para tamu undangan, tampak Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit, tokoh masyarakat Tenas Efendi, Wali Kota Pekanbaru Firdaus MT, Kepala Kejaksaan Tinggi Riau Edi Rakamto, serta Kepala Kanwil Dirjen Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Edi Slamet Irianto.


Selain itu, juga ada sejumlah pengusaha. Di antaranya Nicodemus Kasan dan Dedi Haryadi. Tokoh masyarakat yang juga Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Peng Suyoto juga hadir.


Nurul sekaligus menjadi penutup acara. Sebelumnya, ada pertunjukan budaya Melayu seperti Kompang saat menyambut tamu, Tari Mak Inam, serta pertunjukan berbalas pantun oleh seniman Riau. “Kami ingin menjadikan bayar pajak sebagai budaya. Kami memilih strategi pendekatan dari aspek budaya dan adat,” ujar Edi Slamet Irianto usai acara.


Seperti tahun sebelumnya, acara seremoni penyampaian SPt, diisi dengan kegiatan memasukkan berkas SPT pajak oleh kepala daerah dan unsur Muspida ke dalam kotak. Perwakilan pengusaha juga melakukan hal sama di atas pentas.


Mambang Mit dalam kata sambutannya terdengar mengutarakan pajak merupakan sumber terbesar pembiayaan pembangunan nasional. Ia juga menuturkan pentingnya membayar pajak.


Sementara Tenas Efendi, pada kata sambutanya juga menyinggung hal sama. Ia juga mengungkapkan istilah pajak telah ada sejak zaman kerajaan di bumi Melayu Riau lalu. Ia memaparkan hal itu pada makalah khusus untuk acara penyampaian SPT pajak itu.


Di antaranya Tenas mengungkapkan, istilah pajak telah ada pada acara adat bernama Pancung Alas. Acara ini pada masa itu berupa proses membayar pajak untuk hasil hutan. “Dulu juga ada acara Cabut Pajak, saat orang membayar pajak untuk pemakai gerai atau pedagang,” tulis Tenas dalam makalahnya.
Sementara itu, untuk tahun 2013, Dirjen Pajak mencanangkan sebagai tahun penegakan hukum. Institusi ini menyatakan tahun ini akan banyak melakukan pemeriksaan untuk wajib pajak. Selain itu, mereka juga berkomitmen meningkatkan kualitas penagihan.


Baca juga:



  • Garuda Raih ‘Contact Center Service Excellence Award 2013′

  • DPR Minta Periksa Hakim dan Kurator Dalam Kasus Pailit Telkomsel

  • Transaksi Pengadaan Hulu Migas Capai Rp 91 Triliun





Murid SD Doakan Pengusaha Bayar Pajak

No comments:

Post a Comment