Saturday, April 26, 2014

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: Kisah Heroik Alkahfi Sutikno Selamatkan Desa Miskin





Abrasi Sawah di Desa Mukti Jaya, Pinggir Sungai Rokan











Bisnis.com, JAKARTA – Namanya Alkahfi Sutikno. Pria paruh baya ini perawakannya tidak terlalu tinggi. Kumisnya tebal namun murah senyum.


Orang tak akan menyangka kalau pria ini telah mengukir prestasi membanggakan. Jerih payahnya, telah menjadikan desa tempat tinggalnya memperoleh sejumlah penghargaan tingkat nasional di bidang lingkungan hidup.


Berawal pada 1992. Pria asal Sumatra Utara ini memutuskan memperbaiki nasibnya, dari pekerja peleburan aluminium menjadi seorang petani, dengan bertransmigrasi ke Provinsi Riau. Tepatnya di Desa Mukti Jaya, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir.


Di daerah perantauannya, dia mendapati kenyataan menyedihkan. Selain letak geografisnya di pedalaman, yakni 365 km dari provinsi, 45 km dari kabupaten dan 15 km dari kecamatan, desanya tidak memiliki sumber air minum serta irigasi pertanian.


Selain itu, tingkat pendidikan warga desa juga jauh tertinggal dari kampung halamannya terdahulu. Banyak anak putus sekolah dan diperparah dengan peristiwa hilangnya sawah warga akibat terkena abrasi Sungai Rokan.


“Hampir setiap hari, sawah warga tergerus aliran sungai. Sejak 2006 hingga sekarang, lahan yang hilang mencapai 726 hektar. Sayangnya kondisi ini belum ada tanggapan serius dari pemerintah,” katanya kepada Bisnis.com, belum lama ini.


Dengan semakin hilangnya sawah itu, tentu mengancam keberlangsungan hidup penduduk yang mayoritas mata pencaharian utamanya adalah petani, hingga timbulah tekad Sutikno untuk melakukan perubahan.


Didik Anak Putus Sekolah


Pria yang juga pengajar di sebuah madrasah aliyah itu dengan bermodalkan sedikit ilmu yang dimiliknya, mulai mengumpulkan anak-anak putus sekolah untuk diajarinya.


Hampir setiap hari, seusai mengajar di sekolahan, Sutikno mengayuh sepedanya puluhan kilometer, menembus terjalnya medan perbukitan dan ancaman buaya rawa untuk mencari anak-anak putus sekolah tersebut.


Banyaknya cibiran tidak menyurutkan semangatnya. Hingga akhirnya menemukan 10 anak yang bersedia diajar, dengan kondisi tempat belajar seadanya. Terkadang di balai desa, rumah warga atau di bawah pohon rindang.


“Beberapa mantan anak didik saya, saat ini ada 40 anak telah menjadi sarjana, 38 orang sebagai pegawai negeri sipil, 6 orang kepala desa. Bahkan ada yang sedang menyelesaikan S2 meski usianya sudah 75 tahun,” tuturnya terharu.


Di sela mengajar itulah, Sutikno menyisipkan pendidikan tentang kelestarian lingkungan. Dia pun mulai membentuk kelembagaan untuk sosialisasi yang lebih masif kepada masyarakat, hingga akhirnya mereka makin tersadar melakukan perubahan perilaku, lebih mencintai lingkungan.


Niat Ikhlas


Seiring perjalanan waktu, sejumlah keberhasilan yang dilakukan warga desa tersebut antara lain telah memiliki 983 kolam air yang merupakan saluran drainase sekunder, 431 kolam resapan, pemanfaatan limbah ternak untuk pertanian, pemanfaatan lahan pekarangan rumah untuk ditanami sayuran maupun budidaya perikanan, pemanfaatan limbah plastik.


“Keberhasilan sisi ketahanan pangan terlihat dari hasil panen padi yang bisa dua kali dalam setahun, di mana sebelumnya hanya sekali setahun. Program pemanfaatan lahan pekarangan juga mampu menghemat pengeluaran kebutuhan rumah tangga penduduk hingga 70%”.


Sejak semula, Sutikno dan warga masyarakat tidak pernah terpikirkan untuk mendapatkan sebuah penghargaan apapun dari pemerintah. Semua dilakukan secara ikhlas.


Padahal apa yang telah dilakukannya, sejalan dengan semangat masyarakat global untuk menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global.


 



Editor : Yusran Yunus






















Bisnis Indonesia Writing Contest berhadiah utama Mobil Daihatsu Ayla mulai menayangkan tulisan peserta 1 April 2014. Ayo “Vote & Share” sebanyak-banyaknya DI SINI.





PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: Kisah Heroik Alkahfi Sutikno Selamatkan Desa Miskin

No comments:

Post a Comment