Monday, January 13, 2014

Jero Wacik: Bertahun-tahun Kita Ekspor Tanah Air



Jakarta -Pemberlakuan larangan ekspor mineral mentah (ore) yang dilakukan sejak 12 Januari 2014, diyakini akan mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat sektor pertambangan.

“Bertahun-tahun kita ekspor Tanah Air, tanah dikeruk, naik ke tongkang lalu ditarik dengan kapal dibawa ke negeri seberang,” ujar Menteri ESDM Jero Wacik kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM, Senin (13/1/2013).


Jero mengungkapkan dengan pemberlakuan larangan ekspor mineral mentah, artinya pemerintah telah bersikap melarang ekspor ‘tanah air’ maka akan mengurangi dampak kerusakan akibat tambang.


“Kalau dilihat di daerah banyak sekali daerah tambang rusak, dengan aturan larangan ekspor ini maka akan mengurangi daerah yang rusak karena tambang, karena volume yang diekspor semakin sedikit,” kata Jero.


Jero mencontohkan seperti smelter di Tayan, Kalimantan Selatan, dulunya mengekspor 1 juta ton mineral mentah alumina, setelah melalui pemurnian di pabrik smelter yang diekspor hanya 100.000 ton saja per tahun.


“Yang diekspor kurang dari 1/10, karena dari 1 juta ton per tonnya hanya mengandung 12% bauksit sisanya nggak tahu macam-macam mineral yang terkandung, hanya US$ 50 per ton, sedangkan dengan pemurnian bauksitnya 99% harganya US$ 2.500 per dolar, naikknya 60 kali lipat,” ungkap Jero.



(rrd/hen)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!







Jero Wacik: Bertahun-tahun Kita Ekspor Tanah Air

No comments:

Post a Comment